Namun, benarkah kita sudah kembali ? Benarkah kita sudah merasa pantas untuk bahagia ? Lihatlah diri kita…
Puasa adalah bulan dimana oleh Rasulullah dibagi menjadi 3 bagian ; awwaluhu rahmah, wa awsatuhu maghfiroh, wa akhiruhu itqun minan nar (awalnya penuh rahmat, ditengahnya ampunan, dan diakhiri dengan ganjaran bebas siksa api neraka)-dhoif.
Sepuluh hari pertama adalah free charging dari Alloh. Rahmat Alloh adalah segalanya bagi manusia. Dengan rahmatNya lah manusia bisa diterima dan masuk surga. Jangan dibayangkan karena amal kebajikan… Salah besar. Amal amal itu sekedar untuk mencari ridhoNya sehingga kita mendapat rahmatNya. Amal kebajikan nantinya juga untuk menentukan surga tingkatan surga, berikut fasilitas2 nya. Terlalu sombong jika manusia mengklaim bisa masuk surga karena amalnya. Inilah yang “mungkin” dimaksud dalam ayat perintah puasa yang diakhiri dengan kata “la’allakum tattaqun” (semoga saja mereka termasuk orang2 yang bertakwa).. Udah capek laper berpuasa masih dibilang “semoga”..
Sepuluh hari kedua adalah hari2 maghfiroh (ampunan). Kata maghfiroh sebetulnya lebih bermakna proteksi, berbeda dengan ‘afwun yang berarti maaf dan bersih tiada dosa. Maksudnya, meski masih ada dosa, seseorang akan dilindungiNya, inilah maghfiroh. Perbedaan akan sangat terlihat ketika di akhirat, saat Alloh memberi ampunan, belum tentu makhluq yang lain mengampuni, mereka berhak untuk menuntut. Disinilah proteksi berfungsi. Selanjutnya mungkin ada nego khusus dengan memberi bagian amal kebajikan kepada yang didholimi atau dengan cara yang lain, wallohu a’lam.
Sepuluh hari terakhir adalah hari2 dimana kita mendapatkan pembebasan dari api neraka. Hal ini karena ada hadits (dho’if) : ….. satu hari tidak puasa Romadhon tidak akan tergantikan (keistimewaannya) dengan 1000 hari diluar bulan itu. Makna implisit yang terkandung adalah ada pahala yang berlipat sampai ke titik 1000 di bulan itu. Bila dikalkulasi, 1000 x 30 hari puasa = 3000 hari atau 8,21372779 tahun. Andai umur kita 63 tahun, berarti sepertujuh masa usia yang berisi. Belum lagi jika mendapatkan lailatul qodar yang lebih baik dari seribu bulan itu. Dihitung saja, 1000 bulan dibagi 12 (bulan)… 83 tahun lebih. Usia rata2 manusia adalah 63an tahun. Bisa dibayangkan, mendapat rahmat Alloh 83 tahun. Jika seumur hidupnya dipenuhi kejahatan lalu dia mendapatkan lailatul qodar, dimanakah tempatnya nanti? Setelah melalui timbangan amal, tentu masih berat amal kebaikan, dan mestinya pintu surga terbuka lebar untuknya. Inilah maksud bebas api neraka. Dan inilah pula yang dimaksud idul fitri, kembali ke masa suci.
Bagaimana? Sudahkah kita mendapat lailatul qodarnya, sehingga kita pantas ber-idul fitri? Memang tak sepenuhnya harus seperti itu.. lailatul qodar hanyalah sekedar pancingan agar hambaNya berebut mencari perhatian, sekaligus mendapat ridhoNya
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Fitri di Hari Idul Fitri
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.