Al-Qur'an bukan produk budaya (muntaj tsaqofy) dari seorang arab bernama Muhammad bin Abdullah Al-Qurosy yang pintar membuat puisi. Namun benar-benar wahyu ilahi nan suci, yang seharusnya diterima tidak hanya dengan akal semata, tetapi dengan iman dalam dada. Al-Qur'an adalah salah satu rukun dari mengimani kitab suci. Sedangkan akal dengan keterbatasannya hanyalah berfungsi sebagai pengikat antara apa yang dilihat dan apa yang dirasa.
Banyak orang terperangkap teori yang katanya baru bernama hermeneutika, tapi ternyata hal itu sekedar kemasan baru dari konten lama yang sejak pertama ayat Al-Qur'an diturunkan hal itu sudah ada. Dimana Al-Qur'an telah tegas menyatakan ; "Dimana atau seberapa keimananmu bila ayat-ayat ini sekedar teks budaya bergaya puisi atau prosa indah ?"