f YanNabi

Ulang Tahun Nabi 7 : sopanlah!

صدق الله العظيم



Dua ayat ini meskipun berbeda redaksi dan letak suratnya namun saling melengkapi :

Pertama: Terjemah Surat Muhammad 32

Sesungguhnya orang-orang kafir dan orang-orang yang menghalangi jalan Allah serta menyusahkan Sang Rasul setelah jelas mereka mendapat hidayah, mereka tidak dapat memberi madhorrah kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan menghapuskan (kebaikan) amal-amal mereka.

Dengan melihat skema diatas, mari membacanya lagi dengan terjemah yang lebih bebas...

Sesungguhnya yang tidak ber”iman”, yakni orang-orang KAFIR...
KHUSUS nya yang kekufurannya ditunjukkan dengan cara seperti orang-orang yang menghalangi jalan Allah...
LEBIH KHUSUS nya, yang sampai pada hal lebih spesifik lagi, yakni membuat masyaqqoh (susah) Sang Rasul, seorang yang menjadi jembatan wahyu Tuhan kepada manusia...
setelah jelas-jelas sang Rasul TELAH bertabligh dengan mendatangi serta memberikan mereka kesempatan mendapat hidayah, (dengan nasehat kata dan uswah tindakan)...
Maka ada dua hal yang perlu dinyatakan..
Pertama; di dunia :
Mereka TIDAK dapat membuat jebakan MADHORROH sedikitpun pada hal-hal yang diniati ibadah yang diridhoi Alloh.
Kedua; di akhirat :
Dan Allah akan MENGHAPUS (kebaikan) amal-amal mereka.


Ayat Kedua : Terjemah Surat Al-Hujurat 2

 Wahai orang-orang beriman, janganlah anda meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah anda mengeraskan suara kepada Beliau صلى الله عليه وسلم saat berkata-kata, sebagaimana kerasnya suara sebagian anda terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (kebaikan) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.

Mari membaca lagi terjemah ayat secara lebih bebas ;

Wahai orang-orang yang punya IMAN, bukan orang-orang kafir..
Buktikan keimanan anda terkait iman kepada para RASUL, dalam hal ini NABI صلى الله عليه وسلم MUHAMMAD, dengan cara ISLAM..
KHUSUS nya saat diseputaran anda ada keberadaan Beliau صلى الله عليه وسلم , janganlah anda meninggikan suara melebihi suara Beliau صلى الله عليه وسلم ,
dan LEBIH KHUSUS lagi ketika sowan matur kepada Beliau صلى الله عليه وسلم , janganlah anda mengeraskan suara saat berkata-kata, disamakan seperti bagaimana kerasnya suara anda kepada sesama anda,
Efek yang ditimbulkan, bila anda melakukannya adalah akan kehilangan IHSAN saat seharusnya bersopan santun kepada Beliau صلى الله عليه وسلم , yang akibatnya supaya tidak terhapus (kebaikan) amalan anda, LEBIH-LEBIH lagi hal itu terjadi dan anda TIDAK menyadarinya.
Kedua ayat ini saling melengkapi namun dengan redaksi dan metode presentasi yang berbeda..

Ayat pertama adalah pernyataan mengenai orang-orang kafir, sedangkan redaksi ayat kedua ditujukan kepada orang-orang yang merupakan kebalikan dari ayat pertama, yakni mereka yang beriman.

Rukun iman ada enam (kepada Alloh, malaikat, kitab suci, para rasul, hari akhir, dan taqdir). Saat ayat disampaikan dengan redaksi seperti wahai orang-orang yang beriman, dst. Tanpa dijelaskan kepada siapa iman itu ditujukan, maka bisa diartikan hal itu dimaksudkan kepada orang-orang yang beriman kepada keenam rukun / pilarnya secara umum, namun secara khusus, mereka yang mempunyai keimanan sesuai muatan ayat yang akan disampaikan. Hal demikian juga bisa diaplikasikan kepada yang kafir.

Ayat pertama membahas bagaimana salah satu ciri perbuatan kufur. Yaitu menghalangi bahkan menolak sabilillah, atau hal-hal dimana agama Alloh harus berjalan.
Salah satu cara bagaimana penolakan mereka adalah dengan menghalangi hal itu mengalir dari hulu sumbernya, yakni Sang Rasul. Sehingga dengan segala cara bagaimana supaya Beliau صلى الله عليه وسلم mendapat masyaqqoh (susah, repot).

Dilihat dari ayatnya, maksud orang kafir disini bukanlah mereka yang musyrik. Terbukti dari dua hal ; pertama: dari redaksi “setelah mereka mendapat hidayah”. Kedua: “amal mereka akan terhapus”. Dimana kedua hal ini mengindikasikan bahwa mereka minimal sudah muslim, sebab amal non muslim tidak akan pernah diterima. Dan bagaimana bisa amal terhapus bila tidak ada yang diterima. Hal ini karena orang kafir lebih umum, sebab belum tentu melakukan syirik. Sedangkan orang musyrik lebih khusus, karena pasti kufur.

Sedangkan pada ayat kedua,
Dimana redaksinya dibalik namun kontennya sama. Yakni ditujukan kepada orang beriman, khususnya kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Agar mereka tidak membuat Beliau صلى الله عليه وسلم masyaqqoh, bahkan dengan hal yang menurut kebanyakan orang adalah hal REMEH, yaitu berteriak meninggikan suara di majlis Beliau صلى الله عليه وسلم , atau bahkan berkata lantang saat berbicara dengan Beliau صلى الله عليه وسلم .

Untuk konsekuensi kedua ayat adalah sama, amalnya rusak terhapus. Bisa dibayangkan, hebat sekali akibat yang ditimbul ini. Bagaimana tidak, hanya sebatas berteriak di majlis dan berkata lantang di depan Beliau صلى الله عليه وسلم saja akibatnya sangat buruk, bahkan sekelas dengan akibat dari syirik, munafiq, atau mengingkari ayat-ayat Alloh.

Seperti ayat-ayat
والذين كذبوا باياتنا ولقاء الاخرة حبطت اعمالهم
Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan pertemuan di akhirat akan rusak terhapus amal-amal mereka (Al-A’rof 147)

وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ
فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

Barangsiapa yang murtad dari agamanya dan mati dalam kekufuran, maka amal-amal mereka terhapus di dunia dan akhirat (Al-Baqoroh 217)
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Bila kamu syirik maka betul-betul akan terhapus amal kamu dan kamu benar-benar termasuk yang merugi (Az-Zumar 65)


Sekarang pertanyaannya,
bagaimana bila ayat-ayat tadi diterapkan di masa sekarang, Sedangkan Rasululloh صلى الله عليه وسلم telah wafat?.

Kita wajib beryaqinan bahwa Sayyidina Muhammad bin Abdulloh sebagai manusia telah wafat. Namun Beliau صلى الله عليه وسلم sebagai Rasululloh صلى الله عليه وسلم tentu masih hidup di alam barzakh.

Beliau صلى الله عليه وسلم tidak hidup terlihat diantara kita. Namun kita bisa merasakan dan terus menghidupkan keyaqinan itu di hati kita bahwa Beliau صلى الله عليه وسلم masih dan terus hidup untuk menjadi obor uswah hasanah, dimana kesemua itu kita refleksikan dalam kehidupan sehari-hari saat melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya.

Dengan keyaqinan ini diharapkan agar apapun tindakan dan perbuatan syari’at tidak kering dan hambar. Serta berasa dalam hati, bahwa apa yang dilakukan benar-benar diridhoi oleh Beliau صلى الله عليه وسلم yang otomatis pasti juga diridhoi oleh Alloh.

Salah satu contoh kecil mengenai dua ayat diatas dalam konteks kekinian adalah melecehkan hadits dho’if atau lemah.

Dimanapun kritik hadits terjadi, ada pada sanad, bukan matan. Artinya bukan kesalahan dari sumbernya. Untuk itu masih ada sisa UNSUR KENABIAN disini, meskipun sedikit. Oleh karena itu tidak pantas kiranya bila diremehkan atau dilecehkan, selanjutnya ditinggalkan.

Para ulama’ sepakat, bahwa hadits dho’if boleh dipakai dalam fadilah-fadilah amal sholih atau berita kejadian, tapi tidak dalam masalah hukum, apalagi aqidah. Bila tidak begitu, tentu ratusan ribu hadis akan terabaikan. Berapa banyak hadist Rasululloh صلى الله عليه وسلم yang shohih ?

Bisa dibayangkan, jika kitab Shohih Imam Al-Bukhori hanya tertulis sekitar 6000, kemana yang ratusan ribu selain itu? Padahal Imam Bukhori terkenal hafal 1.000.000 hadits !!!


Untuk itulah, mari belajar adab sopan santun kepada Rasululloh صلى الله عليه وسلم melalui hadits dho’if ini. Bila memang tidak terindikasi palsu maka perlu berhati-hati menyikapinya dan dengan kata-kata yang sopan.

Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :

YanNabi
POSTING : Ulang Tahun Nabi 7 : sopanlah!
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

YanNabi

YanNabi

Artikel lain yang berkaitan

YanNabi
Silahkan pilih untuk memberikan komentar terbaik anda tentang materiUlang Tahun Nabi 7 : sopanlah!. Pergunakan bahasa yang baik, benar dan sopan. Terima kasih.
YanNabi
YanNabi

YanNabi YanNabi YanNabi