Menghamba kepada Alloh Sang Pencipta adalah tujuan hidup. Semua hal dan perihal apapun sudah dan serta sepantasnya diarahkan lurus sepadan kearah itu.
Dimana sinyal Tuhan
Untuk menghamba, pasti ada aturan main yang berlaku, meski tidak menutup kemungkinan ada pengecualian disana sini. Artinya, aturan main ini berlaku sebagai prosedur umum tata kerjanya. Seperti halnya presiden mau lewat. Sepur pun Kalau perlu harus berhenti kena lampu merah.
Namun tidak mudah mengatakan bahwa penghambaan manusia kepada Alloh terjadi serta merta, kapan dan dimana saja. Ibarat berkonekasi dengan telpon genggam, yang keberhasilannya tentu membutuhkan frekuensi sinyal yang cukup bagus.
Membangun jaringan sinyal (hakekat) tentu tak lepas dari berbagai piranti hardware (syare'at). Semakin kuat merk piranti yang dipakai semakin kuat pula sinyalnya. Tidak hanya hardware, software nya pun juga bisa sekali menjadi booster. Begitu pula untuk pintar2 melihat kapan dimulai saat2 prime timenya.
Untuk mendapatkan sinyal untuk berkoneksi kepada Sang Pencipta banyak sekali jenis - macamnya. Bisa berupa :
Hardware.
Seperti masya'ir muqoddasah di tanah suci (Ka'bah, Multazam, Maqam Ibrahim, Arafah, mina dll.) atau di masjid2 lainnya (terutama Masjidil Harom - Masjidil Aqsho - Masjid Nabawi). Piranti2 ini kemudian disambungkan ke satelit penerima, mulai dari Baitul Izzah (pintu langit bumi), Baitul Ma'mur, sampai Sidrotul Muntaha (tiang tower tertinggi) setelah sebelumnya melalui Arsy (kantor pusat).
Timing.
Seperti memanfaatkan prime time tahunan (wuquf arafah, lailatul qodar, 10 'Asyuro, dll) juga mingguan (hari jum'at, hari putih 13-14-15) dan harian (waktu 'ashar (bebas rooming), sepertiga malam akhir, dll), atau pada momen tertentu (i'tikaf, habis sholat, habis adzan, besuk orang sakit, dll) bahkan yang dadakan/emergency (saat terpaksa, jihad, didholimi, dll)
Telpon Genggam.
Untuk Gadget telpon genggam adalah pribadi masing2. Seberapa tangguh dan sejauh mana kelengkapan aplikasi memang tergantung pabriknya. Tapi sejauh mana kualitas dari setiap aktifitas sangat menentukan hasil trilyunan sen yang didapatkan. Untuk yang medapat voice call (ainul yaqin) tentu lebih baik dari sekedar sms (ilmul yaqin), apalagi jika video call ! (haqqul yaqin).
Pulsa.
Pulsa elektrik (zakat) sejuta kepada seorang faqir tidak lebih baik dari shodaqoh 100 ribu kepada seorang faqir yang yatim, itupun juga tidak lebih baik dari zakat kepada 10 ribu pada seorang faqir yatim yang sedang sakit, begitu seterusnya (al-ibrotu bil ma_al). Pulsa fisik (energy) bangun malam tahajjud tidak lebih baik dari tidur nyenyaknya polisi lalu lintas yang harus stand by pagi2. dst.
Provider.
Masalah provider (Nabi, Rasul) tidak kalah pentingnya, begitu juga dengan para rekanan bisnisnya (para wali dan orang sholeh). Orang tentu akan memilih provider yang punya jangkauan luas (untuk semua ummat), profesional (salik bersyari'at sempurna), murah (pahala strategis berlipat), sering memberi bonus (rukhsoh), serta layanan purna jual (syafa'at) yang memuaskan.
Dari sini, betapa syukur tak terhingga bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah pemimpin ummat ini.
Analog tentang sinyal hanyalah sekedar intropeksi diri (muhasabah). Bahwa dengan Produk telpon genggam seperti ini, hal terbaik apa yang bisa dilakukan. Sehingga tidak perlu memaksakan diri keluar dari standar pabrik (aslul khilqoh). Jika memang dilaunching (terlahir) sebagai telpon bergenre musik (ritme kehidupan) tentu akselerasi berinternet (tolabul ilmi) tidak selancar dari yang memang sesuai spesifikasinya. Jika memang hasratnya jadi bisnismen, jangan memaksakan diri beribadah menjadi polisi atau politikus.
Apalagi jika telponnya tidak punya memory besar (ulama') atau memory card (perpustakaan) serta operating systemnya (madzhab) tidak memadai. Masih mending bila punya koneksi (wasilah) wi-fi (kumpul para sholeh), bluetooth (tetangga) yang ramah, infra red (keluarga) yang kuat atau radio (tamu) yang memahami kondisi tuan rumah.
Demikian gambaran sekilas tentang analog sinyal menghamba.
Boleh juga sebagai intropeksi diri, untuk mencoba test kualitas sinyal seperti berikut (3 soal saja)
1. الم ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتفين
Soal : apa arti 3 huruf awal ayat diatas?
Diskripsi : Al-Qur'an diturunkan pasti tanpa keraguan untuk menjadi petunjuk orang2 bertaqwa. Hal ini tak terkecuali 3 huruf diatas. Jika lalu dijawab ; hanya Alloh yang tahu maknanya. Berarti Al-Qur'an tidak lagi menjadi petunjuk.
Petunjuk jawaban ; jika bisa dan terjawab betul, maka tingkat ketakwaannya sudah sempurna. Karena Al-Qur'an (baca; 3 huruf diatas) hanya petunjuk bagi yang bertaqwa. Hal ini juga sebuah peringatan bagi yang sinyal ketaqwaannya abal2.
2. ...اذا استعنت فاستعن بالله...
Soal : Bisakah berdo'a ; ya Alloh, aku minta roti sekarang juga, sejam kemudian dipotong jadi empat, yang satu dimasukkan di mulutku?
Diskripsi masalah : hadits diatas secara mutlaq mengajarkan agar segala pertolongan yang diminta hanya kepada Alloh, baik masalah duniawi-ukhrowi, hal besar-remeh aneh2, atau yang lain.
Petunjuk jawaban : Jika memang tahu, kenal dan akrab, kenapa tidak? Berbeda halnya jika hanya sekedar tahu dan saling sapa.
Seperti cerita Al-Qur_an ; Setiap Nabi Zakariya masuk di mihrob (pasujudan) putri asuhnya Siti Maryam, Beliau selalu melihat segala hidangan lezat yang dianugerahi langsung oleh Alloh. Selanjutnya ; هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ (Surat Ali Imron 38) (Ditempat itulah atau di saat itulah Nabi Zakariya berdo'a kepada Tuhannya).
Satu Ibroh (pelajaran) agar pandai mengambil tempat serta waktu yang tepat untuk sinyal berdo'a. Bahkan setingkat Nabi yang tentu pangkat dan kedekatannya lebih dekat di sisi Alloh pun memerlukan hal itu.
Dan Alloh lalu mengabulkan do'a Nabi Zakariya (90th) sehingga istrinya (60th) melahirkan seorang anak (Nabi Yahya).
3. السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته
Soal : bisakah/beranikah kalimat diatas di hilangkan ketika membaca tasyahud sholat?
Diskrisi masalah : Bacaan ini punya arti ; salam kepadamu Wahai Nabi. Padahal sholat murni menghadap Alloh, jadi seharusnya terucap ; Salam kepada MU Wahai Alloh.
Petunjuk jawaban : Sholat terangkai dimulai dari kemampuan pribadi menghadap Alloh, berbisik mesra (munajat). Jika sampai saat2 akhir tidak 'merasa' menemukan Alloh, maka tidak ada jalan lain kecuali 'meminjam kacamata' Rasululloh sebagai makhluq satu2nya yang pernahmelihat Alloh di puncak satelit (sidrotul muntaha). Mata buram pasti kesulitan membaca buku. Tapi dengan bantuan kacamata, dan tanpa berpaling dari yang dibaca, tentu masalah akan beres.
Belajar memahami spesifikasi pribadi dan memaksimalkannya. Hanya sekedar mencari satu titik sinyal frekuensi. الله .
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Mencari Sinyal Tuhan 2 : Uji Frekuensi
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.