Contoh kongkrit syahadah (persaksian) di Bulan Al-Qur'an :
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
Bilamana mengikuti ketiga fungsi diatas (hidayah, bayyinaat, furqoon), tentu ibadah puasa merupakan contoh terbaik hal yang harus dilakukan di bulan ini.
Dan langkah sempurna seorang muslim yang melakukannya harus melalui 3 (tiga) hal tahapan :
Pertama ; فَلْيَصُمْهُ
Persaksian tidak akan sempurna didapatkan kecuali mengikuti hidayah Al-Qur’an, dalam hal ini seperti ayat :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Sebaliknya, ketaqwaan tidak akan diperoleh bila tidak melakukan syari’at yang digariskan.
Dari ayat diatas terbaca : wahai orang beriman, islamkan dirimu melalui puasa, maka kamu peroleh ihsan berupa ketaqwaan. Dari sini pula diketahui bahwa persaksian saat berpuasa tentu akan berbeda jauh dirasakan saat sehat, sakit, bepergian atau yang lain.
وَمَنْ كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Barangsiapa yang sakit atau dalam safar, maka boleh berhitung di hari-hari yang lain.
Hal ini tentu wajar bisa dimaklumi, karena kondisi fisik dan psikis tentu akan berpengaruh banyak saat kondisi sempurna berbanding saat kondisi tidak sempurna. Untuk itu, perlu mengantisipasi lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi kesempurnaan taqwa, baik faktor dalam diri sendiri (intern), semisal sakit. Atau faktor yang datang dari luar (ekstern), semisal saat safar.
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Alloh menghendaki mudah bersama kalian semua,
dan tidak menghendaki kesulitan bersama kalian semua.
Salah satu ‘bukti’ bahwa Alloh tetap memperhatikan modal dasar kemampuan seseorang dalam setiap ketaqwaan. Dan kebersamaan dengan Alloh tentu terjadi saat kondisi nyaman, dan seterusnya mengalir tentram di hati. Jangan sampai terjadi, melakukan ketaqwaan tapi hati merasa ada keterpaksaan, kelesuan, kedongkolan, kegelisahan, kemarahan dan hal-hal lainnya, yang justru berakibat munculnya penyakit hati.
Kedua : وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ
Sempurnakan lah hitungan.
Baik saat berhitung jumlah puasa yang sempurna dan yang tidak sempurna.
Berhitung tentang kualitas puasa, sehingga nasib dan taqdir setahun ke depan lebih baik (surat ad-dukhon 1-5).
Berhitung pula akan kualitas puasa, sehingga berhak dan mampu mendapatkan bonus lailatul qodar (surat al-qodr).
Ketiga : وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
Takbirkan lah Alloh sesuai tingkat hidayah yang ada padamu.
Buatlah Alloh Maha sombong, sehingga tidak ada lagi kesombongan diri.
Berjuanglah mengangkat takbir, sehingga setan yang ada pada diri diam terpojok.
Sempurnakan puasa dengan Sholat (di malam hari), sehingga bisa mi’roj dan menghadap Sang Alloh untuk menerima bonus lailatul qodar.
Dan sekali lagi, hidayah yang diterima seseorang dengan yang lainnya, tentu saja berbeda. Hidayah pasien dengan dokter berbeda, hidayah guru dengan murid berbeda, hidayah imam dengan makmum, begitu seterusnya. Lebih lagi, hidayah sesama dokter pun berbeda, sesama guru pun berbeda, demikian seterusnya.
Muara kata adalah pada modal dasar yang dipunya masing-masing, yaitu hidayah. Modal yang tak ternilai harganya. Modal inilah yang selanjutnya akan diinvestasikan dalam bentuk bayyinaat dan berujung pada furqoon.
Kesimpulan : وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Inti perjalanan berpuasa di bulan Al-Qur’an (hidayah, bayyinaat, furqoon) adalah mengajarkan manusia bersyukur kepada Alloh. Syukur adalah buah ihsan berpuasa di Bulan Romadhon.
Bulan Romadhon : Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an di bulan ini : hidayah, bayyinaat, furqoon
Contoh fungsi : puasa agar taqwa
Pelajaran : syukur
--(Walloohu A’lam )--
(Al-Baqoroh - 185)
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Ulang Tahun Al-Qur'an (bag 2)
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.