Setiap muslim pasti tahu bahwa Bulan Romadhon adalah bulan puasa. Tapi mungkin sebagian muslim tidak tahu bahwa bulan ini sejatinya adalah bulan Al-Qur’an.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
Bulan Al-Qur’an
Bulan Romadhon adalah saat dimana Al-Qur’an diturunkan satu paket lengkap di langit dunia. Ulang tahun Al-Qur’an ini tidak sekedar ibroh (pelajaran) sejarah akan posisi pentingnya di mata setiap muslim. Namun lebih dari itu, Al-Qur’an berbagi bonus besar di setiap bulan ini, salah satunya dengan berkah 1000 bulannya (surat al-qodr).
إنا أنزلناه في ليلة القدر
Kita turunkan “dia” pada malam “lailatul qodar”.
Surat ini dibuka dengan kata “dia” (kata ganti ketiga) merujuk kepada sesuatu sebelumnya. Padahal ayat diatas adalah awal surat. Hal ini tidak akan terjadi bila rujukan tidak diketahui maksudnya. Fenomena ini benar terjadi dikalangan muslim yang lebih mencari lailatul qodar-nya dan melupakan “cara” mencarinya, yaitu dengan Al-Qur’an.
هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Fungsi Al-Qur’an sangatlah banyak. Namun secara spesifik fungsi Al-Qur’an di bulan Romadhon ini ada 3 (tiga) ;
Pertama : هُدىً لِلنَّاسِ
Hidayah untuk semua orang.
Hidayah yang bisa didapatkan semua orang yang bersingungan dengan Al-Qur’an. Berbeda dengan apa yang ada pada ayat lain, difirmankan semisal ;
هدى للمتقين
(hidayah khusus yang bertaqwa)
هدى للعالمين
(hidayah yang mencakup semua alam),
هدى ورحمة لقوم يؤمنون
(hidayah sekaligus rahmat untuk sekelompok orang beriman)
هدى ورحمة للمؤمنين
(hidayah sekaligus rahmat untuk orang yang minimal punya iman)
هدى ورحمة وبشرى للمسلمين
(hidayah sekaligus rahmat dan kabar gembira untuk orang Islam – syari’at)
هدى وبشرى للمؤمنين
(hidayah dan kabar gembira untuk orang beriman – hakikat)
هدى ورحمة للمحسنين
(hidayah sekaligus rahmat untuk orang yang ihsan – buah syari’at dan hakikat)
هدى ورحمة لقوم يوقنون
(hidayah sekaligus rahmat untuk sekelompok orang yang yaqin).
Rasa madu tidak akan dimengerti bila tidak mencicipinya, meski dikatakan bahwa madu berasa manis. Bahkan yang mencicipi madu yang sama pun terkadang punya kesimpulan lain. Disinilah kenapa orang mencicipi Al-Qur’an mendapat kesimpulan yang berbeda.
Kedua: وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
(penjelasan detil hidayah)
Setelah mendapat hidayah, tentu ada beberapa langkah yang harus diwujudkan untuk dilakoni. Hal inipun tentu menuntut petunjuk lain lagi.
بَيِّنَاتٍ
Adalah bentuk plural dari بَيِّنَة , arti dasarnya nya ; bukti.
Kata bayyinaat disini menggambarkan “sesuatu” dari hidayah yang diperoleh, yang tentu berbeda antara seseorang dengan yang lain. Dan seperti fungsi pertama, fungsi yang kedua ini ibarat ma’mun mengikuti proses yang sama.
Bila marka jalan memberi petunjuk kearah lurus tidak boleh menyalib kendaraan lain, maka setelah mobil bergerak mengikuti petunjuk, akan mendapatkan dan merasakan ‘bukti’ kebenaran yang sedang dijalani. Selanjutnya akan memperoleh “persaksiaan” mana yang benar dan mana yang salah (furqon).
Ketiga : وَالْفُرْقَانِ
Tiga fungsi ini didapatkan secara berurutan. Setelah mendapat hidayah dan seterusnya membuktikannya, barulah akan mendapatkan ‘furqon’, artinya pembeda.
Dalam tahapan ini seseorang akan mendapatkan pengetahuan, mana yang baik dan mana yang buruk. Begitu pula mana yang baik dan mana yang terbaik, demikian seterusnya. Bagaimanapun seseorang tidak bisa menyatakan hal sebenarnya yang terjadi, bila tidak ikut terjun terlibat langsung proses yang dihadapi hingga berakhir mendapat kesimpulan.
Komentator sepakbola seolah menjadi orang paling pintar menerjemahkan situasi yang terjadi dilapangan. Padahal dia tidak tahu, berapa kali seorang pemain bernapas saat berlari sembari mengotak-atik bola dan menendangnya hingga jadi gol. Itulah contoh ‘persaksian semu’.
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Ulang Tahun Al-Qur’an (bag 1)
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.