Mitoni berasal dari pitu, dipituni, atau melewati angka tujuh. Secara istilah, mitoni artinya rangkaian upacara memohon doa keselamatan sekaligus syukuran untuk sang jabang bayi, yang dilakukan pada usia kandungan 7 bulan.
Sebuah tradisi leluhur yang penting dan perlu di apresiasi, karna mengajarkan kita untuk berdoa memohon selamat dan terucap syukur kepada Sang Hyang Tunggal.
Tradisi mitoni ini sudah berlaku sejak dahulu kala, namun kemudian ada yang mengatakan, di modifikasi oleh Sunan Kudus, agar serasi dengan unsur islam.
Beliau tahu, bahwa bangga pada tradisi bisa mewakili kebanggaannya pada tanah air, ibu pertiwi.
Sunan Kudus memilih strategi da'wah "menyusup" dalam tradisi seperti strategi yang diajarkan oleh Rasululloh yang bangga menjadi orang arab, dan mengakui tradisi yang berlaku. Rasululloh berpakaian arab, berbahasa arab, makan makanan arab, dlll. tidak banyak perbedaan mencolok saat berada di tengah tengah orang arab yang mayoritas masih kafir.
Nabi bersurban dan berjubah, seperti yg dipakai abu lahab, misalnya. Dan Beliau memakainya pula saat sholat, menemui tamu, atau sedang berdagang di pasar.
Dari hal semacam inilah, para ulama manapun sepakat, bahwa selagi tidak bertentangan dengan qur'an hadis yang shorih (jelas) maka tradisi bisa digunakan sebagai DALIL agama (العادة محكمة).
Mitoni, sebagai tradisi pribumi tentu sangatlah mengakar kuat dikalangan masyarakat. Tidak bagus bila dicabut dan dibuang seakar-akarnya. Hal yang dibutuhkan hanya sekedar modifikasi pada titik-titik yang dilarang oleh agama. Semisal melakukan syirik dengan sesaji yang diberikan kepada danyang bin demit as-setani yang mengangkangi daerah seputarnya.
Bagaimana agenda upacara mitoni berlangsung ?
Inti ritual adalah do'a.
Kalau diseputaran lingkungan agamis cukup dengan membaca do'a do'a keselamatan dan ungkapan syukur dengan cara bersedekah.
Do'a keselamatan ini tidak ada ketentuan khususnya. Namun ada sebagian yang tafa'ul (ber sugesti) dengan membaca surat Muhammad, Surat Yusuf, Surat Maryam, dan lain lain.
Sedang untuk sedekah, sering kali setelah mengundang tetangga sekitar membantu bersama-sama berdoa, lalu makan bersama dan pulang dengan membawa "berkat".
Isi berkat juga tidak harus sama dengan yang lain, harus itu, segitu dan begitu. Bahkan jaman sekarang banyak yang diganti roti, martabak, dlll. Namun banyak juga yang masih teguh dengan tradisi bentuk, warna dan jumlah makanan yang sudah mentradisi.
Tradisi timur memang banyak memakai doa atau sekedar mengingatkan kepada doa dengan perlambang alam sekitarnya. Apa yang ingin ditunjukkan tak lain diujungnya adalah kearifan lokal.
Apakah yang demikian ada dalilnya?
Jawabnya, apakah dulu Nabi juga memakai internet seperti kita sekarang ?
Kok tidak nyambung?...
maksudnya, jika yang diminta adalah seauai dalil yang spesifik "dilakukan oleh rasul atau sahabatnya" pasti tidak ada. Tetapi jika memakai dalil umum yang menganjurkan hal demikian, tentu hal seperti mitoni dan berinternet ini dibolehkan.
Contoh untuk mitoni :
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
Surat Al-A'raf : 189
Dialah Alloh yang telah mencipta anda semua dari satu jiwa, lalu membuat lagi untuknya jodoh, agar bisa sakinah (harmoni) padanya. Dan saat (Zakaria) menutupi (istri)nya, maka lalu hamil kehamilan ringan (muda), dan dibiarkan berlalu. Kemudian saat kehamilan besar (tua), keduanya berdoa kepada Tuhan Alloh, bila Engkau berikan kami (anak) sholih, maka kami benar benar termasuk mereka yang bersyukur.
Terjemah ini dibuat sedikit baku, agar maksud eksplorasi dalil nya lebih terlihat. Dan ada empat hal besar yang perlu digaris bawahi terkait ayat diatas.
Pertama, saat kehamilan muda tidak berdoa.
Hal ini tidak lalu dipahami bahwa tidak perlu do'a sama sekali. Berdoa bisa kapan saja, namun tidak seperti saat nanti pada kehamilan tua.
Kedua, mereka berdoa saat kehamilan tua.
Hamil tua disini ada yang mengartikan umur kandungan 4 bulan. Karna terlihat besar, maka dianggap berat. Dan sesuai dengan fase dimana janin hidup dengan ruh (nyawa) sendiri. (Ditiupkan ruh, lalu dicatatkan umur, amal, ajal dan bagaimana akhirnya.
Ada pula yang mengartikan bahwa umur kandungan 4 bulan belum disebut hamil besar. Bila kehamilan tua yang dimaksud adalah umur dimana janin pantas dilahirkan, maka itu janin yang berumur lebih dari 7 keatas. Dari sinilah istilah mitoni berasal.
Ketiga, mengadakan agenda acara do'a.
Dalam ayat ini tidak dijelaskan bagaimana cara berdoa. Untuk itu beralih pada teori umum berdoa. Kapan, dimana, bagaimana, bahasa apa dan seterusnya dipilih mana yang terbaik sesuai kemampuan masing masing.
Keempat, muatan doa
untuk si jabang bayi adalah kesalehan, dan untuk doa bagi orang tua adalah mengenai syukur. Apapun doa yang dipanjatkan, perlu digaris bawahi pada dua hal diatas.
Soalan selanjutnya berkisar tentang ayat diatas hanya kisah seputar tentang kehamilan istri Nabi Zakaria. Disamping hanya sekedar cerita, ayat ini pun juga menyangkut syari'at ummat sebelum Nabi Muhammad, sehingga tidak bisa dipakai karena sudah berbeda umat.
Jawabnya, ini perihal DALIL syari'at umat sebelum kita. Memang ada yang dipermasalahkan. Namun para ulama sepakat, bahwa syari'at umat terdahulu:
- termasuk syariat Nabi Muhammad bila memang sudah ditetapkan. Contohnya, haji, khitan, qisos, dlll
- tidak termasuk syariat Nabi Muhammad bila memang sudah dihapus. Contohnya: monogami ala kristen, .poligami ala yahudi, keharaman jerohan hewan, dlll
Masalahnya adalah, bila ada syari'at sebelum kita, namun tidak ada keputusan jelas, apakah dilarang ataukah ditetapkan.
Para ulama berbeda pendapat. Namun kita mengatakan, boleh saja. Kenapa tidak? Kalaupun salah, tidak mengapa. Ini juga quran yang mengajarkan. Dan ini juga tidak terkait hukum wajib atau mubah. Sebab semua ini hanya sekedar mengambil MOMENTUM terkait cara dan waktu berdoa.
والله أعلم بالصواب
Keyword: tradisi, mitoni, muhammad, rosululloh, sunan kudus, bayi
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Kearifan lokal: Mitoni
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.