Bila setiap ayat dalam Al-Qur'an merupakan firman Alloh yang luar biasa, maka Surat Al-Fatihah adalah surat yang paling agung. Hal ini terbukti jelas bahwa Al-Fatihah ini menjadi salah satu bacaan pokok yang tidak bisa ditinggalkan dalam sholat. Sedangkan sholat sendiri merupakan simbol dari puncak ibadah setiap hamba, dimana hal itulah kenapa mereka diciptakan.
قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
Diantara keagungan Al-Fatihah yang Rasululloh beberkan rahasinya kepada kita adalah sebuah hadits qudsi (firman Alloh bukan Al-Qur’an) :
قال اللّه تعالى:
قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ فَنِصْفُهَا لِي
وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
يَقُولُ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي
يَقُولُ الْعَبْدُ: الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي
يَقُولُ الْعَبْدُ: مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
يَقُولُ تَعَالَى: مَجَّدَنِي عَبْدِي
يَقُولُ الْعَبْدُ: إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَهَذِهِ الْآيَةُ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي
وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
يَقُولُ الْعَبْدُ: اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
يَقُولُ اللَّهُ: فَهَؤُلَاءِ لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
Aku bagi sholat antara Aku dan hamba Ku dalam dua bagian; setengahnya untuk Ku, dan setengahnya lagi untuk hamba Ku. Dan selanjutnya hamba Ku boleh meminta apapun.
Saat seorang hamba berkata :
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Alloh menjawab dengan firman:
“Hamba Ku memuja Ku”
Saat seorang hamba berkata :
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Hambaku memuji Ku”
Saat seorang hamba berkata :
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Alloh menjawab dengan firman:
“Hamba Ku mengagungkan Ku”
Saat seorang hamba berkata :
إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Alloh menjawab dengan firman:
“Ayat ini adalah antara Aku dan hamba Ku. Dan untuk hamba Ku boleh memohon apapun”.
Saat seorang hamba berkata :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
“Hal-hal itu untuk hamba Ku, serta hamba Ku boleh memohon apapun (lagi)
Bila Sholat adalah piranti untuk ber”munajat” (berbisik mesra) antara seorang hamba dengan Alloh, Tuhannya, maka dari riwayat hadits ini tergambar jelas cara bagaimana saling sapa bertutur mesra antara seorang makhluq dengan Penciptanya.
Lebih lagi saat disampaikan, firman Nya “hamba Ku boleh memohon apapun”, disaat ini pulalah ada perkenan untuk meminta hajat apapun yang dikehendaki.
Ayat-ayat dalam Al-Fatihah ini seolah merupakan suatu umpan agar setiap yang membacanya perlu meresapi ayat per ayat lalu meresponnya dengan ungkapan balik sesuai keinginan hati. Mulai dari ayat pertama dibaca, diresapi maknanya, dibayangkan bagaimana suasana hati menghadapi Alloh Sang Maha Segalanya...
Ya Alloh Engkau Maha Mencipta, Memiliki, Mengatur dan apapun sesuai kehendak Mu di seluruh alam semesta ini..
Demikian dilanjutkan hingga apa yang ada dalam hati tentang kebesaran Tuhannya rampung diungkapkan. Kemudian setelah selesai ayat pertama, baru dilanjutkan ayat selanjutnya, dan berhenti lagi untuk ungkapkan respon balik seisi hati. Begitu seterusnya hingga ayat terakhir Surat Al-Fatihah.
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Munajat Fatihah
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.