بسم الله الرحمن الرحيم
Musik pasti hal menarik..
Ada liriknya pasti lebih cantik
Yg gak suka pun gak munafik
musik memang menggelitik
Tapi,
Ulama punya kata sepakat tentang musik, yaitu haram hukumnya. Bahkan dibilang, bila terus2an mendengarkan musik, maka fasiq hukumnya, mbah nya dosa.
Jadi???
ya haram.
Masak seh?
iya!.
Kenapa?
karena dari sisi pandang yg berbeda. Para ulama memberi hukum sesuai akibat pasti yg ditimbulkan, yakni lalai dzikir.
Bila demikian adanya, maka apapun yang terkait dan terlibat menjadi tidak boleh juga, baik yg bermain musik, menyanyi atau yg mendengarkan.
ليكون من أمتى أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف...
Rasululloh bersabda:
Suatu saat ada segolongan umatku yang membolehkan zina, sutera, khomer dan alat alat musik.
Lha, alam ini kan penuh musik, manusia nya juga tidak ada yg tidak suka musik...
Berarti, apakah hukum itu melanggar kodrat ilahi?
Benar, seperti firman:
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ
Hidup di dunia hanyalah permainan dan penuh kelalaian.
Maksudnya, hidup di dunia ini memang sudah dari sononya penuh dengan intertein suka suka.
Tapikan kemudian ada tugas dari Alloh ta'ala :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Aku tidak mencipta jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu.
Oleh karenanya, tidak mungkin bermain sambil ibadah, atau lalai tugas hanya mencari kesenangan. Pasti harus ada yg dikalahkan, dan itu tentunya adalahyg hanyak kesenangan saja. Ibadah sebagai tugas yg harus dikerjakan harus diprioritaskan. Serta apapun yg mengganggu kewajiban ini harus disingkirkan.
Iya, benar.. tapi jika begitu terus, manusia ini suntuk sekali, kaku, dingin.. dst. Terus gimana?
Jika keadaan sudah demikian adanya, maka hukum pun bisa berubah sesuai 'illat (alasan hukum) nya.
Kalau sudah suntuk bin galau, bisa saja dapat rukhsoh (hukum dispensasi).
Atau posisinya seperti yg terjadi saat..
عائشة قالت: دخلَ عليَّ أبو بكر، وعندي جاريتان من جواري الأنصار تُغنِّيان بِما تقاوَلَتْ به الأنصار يوم بُعاث،
قالت: وليست بِمُغنيتَيْن،
فقال أبو بكر: أَبِمَزمور الشَّيطان في بيت رسول الله - صلَّى الله عليه وسلَّم -؟! وذلك في يوم عيد،
فقال رسولُ الله - صلَّى الله عليه وسلَّم -:
((يا أبا بَكْر، إنَّ لكلِّ قومٍ عيدًا، وهذا عيدنا)).
Tuan Putri Aisyah berkata:
Ayahku Abu Bakar masuk ke rumahku, dimana disitu ada 2 pelayan putri dari golongan anshor yang sedang bernyanyi, saat orang2 anshor berkisah itu hari kebangkitan.
Beliau berkata lagi: keduanya bukan penyanyi.
Tuan Abu Bakar lalu berkata: apa2an ini? seruling setan berani ada di rumah Rasululloh ?
Saat itu ternyata hari raya.
Lalu Rasululloh bersabda:
(biarkan) Wahai Abu Bakar, setiap kelompok kaum punya hari raya masing2.
Tuan Abu Bakar tahu bahwa menyanyi itu tidak boleh, apalagi di rumah Rasululloh.
Tapi Beliau Baginda Nabi malah mencegah mertuanya ini...
(al-amru ba'dal hadzri lil ibahah).
Alasan Beliau adalah, ini hari raya, waktunya bersenang senang sebagai simbol rasa syukur. Bisa dimengerti dan sangat manusiawi, jika saat bersyukur lalu orang2 tertawa tertiwi bersandal gurau. Apalagi saat2 begini akan lebih meriah bila diiringi dengan musik.
Begitu pula yg senada dengan kemeriahan hari raya adalah saat pesta resepsi pernikahan... Seperti riwayat,
عن عائشة أنَّها زفَّت امرأة من الأنصار، فقال النبِيُّ - صلَّى الله عليه وسلَّم -: ((يا عائشة، ما كان معكم من لَهْو؟ فإنَّ الأنصار يعجبهم اللهو)).
Saat itu Tuan Putri Aisyah merias penganten putri, lalu Baginda Nabi bersabda:
Wahai Aisyah, ini ndak ada lahwi nya ? (permainan, musik, seni).. orang2 anshor suka sekali dangan lahwi.
Baginda Nabi mengarkan kita utk menempatkan seseorang sesuai kesukaan masing2. Sebagai leader Beliau memaklumi, tapi untuk Beliau pribadi tidak demikian. Seperti riwayat,
عن نافع -رحمه الله- قال:"سمع ابن عمر مزمارا، قال: فوضع إصبعيه على أذنيه، ونأى عن الطريق، وقال لي: يا نافع هل تسمع شيئا؟ قال: فقلت: لا، قال: فرفع إصبعيه من أذنيه، وقال: كنت مع النبي -صلى الله عليه وسلم- فسمع مثل هذا، فصنع مثل هذا"
Nafi' asisten sahabat Abdulloh ibnu Umar berkata:
Ibnu Umar mendengar suara seruling, lalu Beliau menutup dua telinganya dengan jari2nya, serta menjauh dari jalan sambil bertanya ; hai Nafi' kamu dengar sesuatu?
Aku jawab : ndak..
Lalu beliau melepaskan jari2nya dari kedua telinganya.
Dan berkata: dulu saat aku bersama Baginda Nabi, Beliau mendengar hal seperti ini, dan bertindak hal seperti ini tadi.
Beliau menutup telinga sambil menjauh. Tapi saat itu beliau tidak menyuruh Ibnu Umar untuk berbuat serupa.
Lha terus bagaimana hukumnya?
Jawabnya pakai ini:
Baginda Nabi bersabda:
الحلال بين والحرام بين، وبينهما أمور متشابهات
Yg halal udah jelas, dan yg haram udah jelas juga. Adapun hal diantara keduanya adalah perkara2 yg jumbuh, kontradiktif, penuh kerancuan.
Hadis diatas merupakan kaidah besar dalam hukum islam. Dan sabda Beliau selanjutnya pun dijadikan standar kaidah pula, yakni
ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام
Siapa yg terjebak dalam area abu2 (syubhat) maka akan terjerembab pada keharaman.
Kaidah ini pula lah yg dipakai para ulama untuk mengharamkan musik.
Untuk contoh area abu2 ini banyak sekali. Namun akan menarik bila contohnya:
النبِيِّ - صلَّى الله عليه وسلَّم - قال: ((فَصْل ما بين الحلال والحرام الدفُّ والصَّوت في النِّكاح)).
Nabi bersabda:
pemisah antara halal dan haram adalah duff (semacam ketipung) dan suara (nyanyian) saat resepsi pernikahan.
Ini salah satu contoh syubhat yg dibolehkan.
Maksudnya, tidak secara pasti hal2 yg syubhat akan menjebak kita dalam keharaman.
Sebab hal ini pulalah banyak ulama berselisih pendapat, apakah syubhat yg ini dianggap sudah masuk ke hal negatif sehingga harus di haramkan (saddu dzaro'i) , atau kah masih bisa dibilang halal tapi dengan embel2 "awas, hati2!".
Beliau bersabda :
الشِّعر كالكَلام؛ فحسَنُه حسَن، وقَبِيحه قبيح
Puisi itu seperti ucapan. Bila isinya bagus maka bagus, dan bila isinya jelek maka jelek pula.
Teorinya memang mudah, tapi prakteknya seringkali buat pusing.
والله أعلم
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Musik Haram
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.