Rasululloh bersabda : bahwa Alloh berfirman:
Siapa pun yang memusuhi "wali" ku, maka aku perkenankan untuknya "perang".
Dan tidaklah hambaKu ber "taqorrub" kepadaku dengan sesuatu yang lebih aku aku cintai dari pada apa yang telah aku wajibkan untuknya.
Dan tiada berhenti hambaKu ber taqorrub kepadaku dengan "nawafil", sampai aku benar mencintainya.
Dimana Aku akan jadi menjadi pendengaran dari apa yang ia dengarkan.
Aku akan menjadi penglihatan dari apa yang ia lihat.
Aku akan menjadi tangan dari apa yang ia pegang dengan keras.
Aku akan menjadi kaki saat ia berjalan.
Jika dia memohon kepadaKu, benar benar akan kuberikan untuknya.
Jika ia memohon perlindungan, benar benar Aku akan melindunginya.
Dan aku tidak kesana kemari (bingung) untuk sesuatu, yang aku lah pelakunya, seperti terhadap seorang mukmin yang membenci kematian, dan Aku pun membenci membuat keburukan untuknya.
Keterangan:
Hadis ini salah satu hadis qudsy (suci, agung). Dimana disebut demikian, sebab meski redaksinya dari Rasululloh, tetapi hakekatnya adalah ilham langsung dari Alloh.
Mencoba membahas satu persatu :
(1) Siapa pun yang memusuhi "wali" ku, maka aku perkenankan untuknya "perang".
A. Wali Wali artinya kekasih setia kapanpun siap meladeni. Terkadang diartikan sebagai sohibul wilayah (pemangku otoritas wilayah). Dan terkadang diartikan sebagai naashir (penolong). Hal ini bisa dianggap benar semua. Karna seorang kekasih sangat mungkin diberi jabatan memangku wilayah tertentu. Dan wajar bila seorang pejabat bisa menjadi penolong, yang mempunyai keramat atau harga diri yang tinggi. Untuk itulah, ada kata "la ya'rifu wali illa wali" (tidak ada yg tahu wali kecuali sesama wali). Artinya, sesama pejabat tentu satu sama lainnya akan kenal, meski dalam divisi wilayah yang berbeda. Namun tidak semua kekasihNya diberi jabatan, dan bahkan tidak tahu kalau dirinya adalah kekasih Alloh. Sebab Alloh tidak menginginkan dia ujub (bangga diri), bahkan semakin akan diberi bala' (cobaan) agar selalu mengingat Alloh. Dan tentu menjadi kekasih Alloh menjadi idaman setiap hamba. Sebab semua bermuara pada cinta, dan bukan karena sekedar ingin mendapat jabatan dari Alloh. Bahkan bisa dianggap rendah dan hina bila itu tujuannya, serta terlalu mengusik hak prerogratifnya Alloh. B. Memusuhi wali Memusuhi wali berarti memusuhi kekasih Alloh. Memusuhi kekasihNya tentu bisa diartikan bagai menabuh genderang perang kepada Alloh. Bisa dibayangkan bila seseorang menantang adu tanding dengan Tuhannya?
(2) Dan tidaklah hambaKu ber "taqorrub" kepadaku dengan sesuatu yang lebih aku aku cintai dari pada apa yang telah aku wajibkan untuknya.
A. Menjadi wali dengan bertaqorrub Artinya ; berusaha mendekat. Bisa saja diartikan ibadah. Namun, tidak semua taqorrub itu ibadah. Karena ibadah lebih terkait fiqih. Dan fiqih lebih terhubung pada hal hal konkrit, sehingga bisa dinilai status hitam putihnya. Sedangkan cakupan taqorrub lebih luas. Karena jangkauannya tidak saja apa yang dilakukan, tetapi terkait juga dengan apa yang dirasakan. Contohnya, dzikir bisa dilisan dan hati atau hanya dihati saja. B. Piranti taqorrubh Ada sekelebat pelajaran yang berujung pada kesimpulan, bahwa ; untuk menjadi seorang kekasih tentu tidak berhenti pada hal hal wajib saja yang dikerjakan. Ibarat rumah, hal wajib itu pondasinya, jadi tidak terlihat, tapi tidak bisa tidak, harus ada. Untuk itu kita ada anjuran untuk meneruskan pondasi, menyesuaikan sesuai proporsi fungsi, dan mempercantik seisi ruang. Sehingga saat sang kekasih tiba, tentu akan datang dengan senyum ceria yang membahagiakan. C. Sesuatu yang lebih dicinta Hal menandakan bahwa cinta itu indah berlapis lapis. Ibarat jamuan prasmanan yang hidangannya banyak jenis dan macamnya serta lezat semua, tentu ada yang paling menarik dan disuka. Untuk itulah, setiap pecinta dituntut untuk cerdik dan bijak serta siap sedia sesuatu yang paling disuka.
(3) Dan tiada berhenti hambaKu ber taqorrub kepadaku dengan "nawafil", sampai aku benar benar mencintainya.
Sajian prasman untuk mendapatkan cinta ilahi, bisa berupa apa saja, bila itu adalah implementasi dari perkara taqorrub. Hal yang mustinya diprioritaskan tentu melihat pula kemampuan dan keahlian masing masing. Tidak semua yang disuka, merupakan keahliannya. Dan tidak semua kemampuan yang dimiliki orang lain juga merupakan keahliannya. Namun dari kesemua itu, Alloh memberikan opsi terbaik, dan secara umum adalah yang paling mudah, serta gratis, dan juga yang paling utama adalah karna itu hal paling disuka Alloh ta'ala, yaitu nawafil. A. HambaKu yang wali tiada berhenti Ada makna istiqomah atau kontinyu dalam melakukan tindakan. Ibarat sedang makan, tentu kenikmatan rasa akan berkurang drastis saat terputus karena ada kegiatan lain. Atau ibarat tidur yang terus menerus bangun terjaga karena suara berisik, tentu tidak lagi kata istirahat yang didapat, tapi malah capek dan penat. B. Nawafil Merupakan kata plural dari nafilah, atau hal tindakan sunnat dari berbagai jenis dan macam ibadah. Namun konotasinya mengarah kepada sholat. Bila nawafil terhubung sebelum dan sesudah sholat fardhu, namanya rowatib. Bila sering sekali dikerjakan Rasululloh, dikata sunnah, seperti tahajjud, dhuha, dll. Bila tidak sering dilakukan dan atau terkait kepentingan sementara, maka disebut mustahabbah. Bila tidak terkait dengan batasan waktu, tempat dan kepentingannya hanya mencari hal lebih dari Alloh, dinamakan tathowwu'. C. Namun, kenapa nawafil? Semua tahu, manusia dicipta untuk ibadah. Dan puncak segala ibadah dikonkritkan dalam sholat, sebagai sarana untuk mi'roj (naik) nya seorang mukmin menghadap tuhannya. Andaikata kemulian sesuatu tergantung ketinggian tujuannya, maka sholat tentu contoh utamanya. Dan apapun yang menjadi pelengkap sholat, juga menjadi pelengkap yg utama pula. Apalagi bila dikata bahwa sholat fardhu adalah tugas wajib, maka nawafil adalah hal yang sangat disuka Alloh, karna seperti symbol melakukan ketaatan lebih dari batas minimal. Semakin banyak, berat, dan kontinyu, tentu semakin membuat ceria senyum kekasihnya. Ibarat kerja lembur tanpa meminta bayaran lebih, tentu bos juragannya akan sangat senang. Dan bisa dibayangkan bila sang bos sudah menyukai karyawannya. Apappun dan bahkan sebelum mintapun akan memberi dengan mudah tidak bertele tele.
(4) Dimana Aku akan jadi menjadi pendengaran dari apa yang ia dengarkan. Aku akan menjadi penglihatan dari apa yang ia lihat. Aku akan menjadi tangan dari apa yang ia pegang dengan keras. Aku akan menjadi kaki saat ia berjalan.
A. Ciri wali : internal Telinganya adalah telinga Alloh. Matanya adalah mata Alloh. Tangannya adalah tangan Alloh. Kakinya adalah kaki Alloh. Tentu ini salah satu maksud dari ayat ;
Wahdatul wujud kah?
(Manunggaling kawulo gusti kah?)
Hulul kah?
(Titisan ?)
Seolah seperti itu, tapi yang benar adalah seperti yang dimaksud Rasululloh diatas. Bahwa dia benar benar merasa seperti itu. Rasa yang kuat, mapan, teguh dan yaqin, bahwa dia memang "digerakkan" betul oleh Alloh yang Maha Lathif.
Perasaan yang bila diungkapkan pasti akan salah, membingungkan, dan pasti akan dituduh "mengaku tuhan". Seperti yang terjadi pada al-Hallaj dan Syekh Siti Jenar. Bila saja mereka tidak mengungkapkan dengan kata, bukankah itu satu kenikmatan luar biasa ? Kenikmatan yang bila dirasa, semua kenikmatan lainnya akan hambar, hilang, dan tak berharga lagi.
B. Organ tubuh
Telinga, mata, tangan dan kaki dipunyai tuhan? Tentu tidak. Maksud Rasululloh hanya sekedar bagaimana cara menerangkan dengan keterangan terbaik. Sebab bila diartikan apa adanya, tentu menimbulkan hal hal meragukan, padahal sudah pasti bila Alloh subhaanahu wa ta'ala tidak sama dengan makhluqNya.
Ada yang bilang, bahwa Alloh punya organ tubuh, tapi bentuknya tidak sama dengan makhluqNya. Kalimatnya seolah benar, tapi itu sama saja, tidak benar. Sebab tetap meninggalkan kesan dibenak, bahwa Alloh memang seperti itu. Kepercayaan ini disebut tajsim (menempatkan tuhan punya bentuk).
Demikianlah akhir setiap kata, yang huruf demi hurufnya tidak mungkin bisa mengkafer rasa perasaan, apalagi di puncak rasa bersama Sang Kholiq. Apa yang didengar, dilihat, diraba dan dilangkah, "seolah" itu juga lah yang dilakukan Sang Tuhan. Bila ada orang merasa punya ciri seperti ini, bisa saja dia adalah salah satu wali Alloh.
(1) Siapa pun yang memusuhi "wali" ku, maka aku perkenankan untuknya "perang".
A. Wali Wali artinya kekasih setia kapanpun siap meladeni. Terkadang diartikan sebagai sohibul wilayah (pemangku otoritas wilayah). Dan terkadang diartikan sebagai naashir (penolong). Hal ini bisa dianggap benar semua. Karna seorang kekasih sangat mungkin diberi jabatan memangku wilayah tertentu. Dan wajar bila seorang pejabat bisa menjadi penolong, yang mempunyai keramat atau harga diri yang tinggi. Untuk itulah, ada kata "la ya'rifu wali illa wali" (tidak ada yg tahu wali kecuali sesama wali). Artinya, sesama pejabat tentu satu sama lainnya akan kenal, meski dalam divisi wilayah yang berbeda. Namun tidak semua kekasihNya diberi jabatan, dan bahkan tidak tahu kalau dirinya adalah kekasih Alloh. Sebab Alloh tidak menginginkan dia ujub (bangga diri), bahkan semakin akan diberi bala' (cobaan) agar selalu mengingat Alloh. Dan tentu menjadi kekasih Alloh menjadi idaman setiap hamba. Sebab semua bermuara pada cinta, dan bukan karena sekedar ingin mendapat jabatan dari Alloh. Bahkan bisa dianggap rendah dan hina bila itu tujuannya, serta terlalu mengusik hak prerogratifnya Alloh. B. Memusuhi wali Memusuhi wali berarti memusuhi kekasih Alloh. Memusuhi kekasihNya tentu bisa diartikan bagai menabuh genderang perang kepada Alloh. Bisa dibayangkan bila seseorang menantang adu tanding dengan Tuhannya?
(2) Dan tidaklah hambaKu ber "taqorrub" kepadaku dengan sesuatu yang lebih aku aku cintai dari pada apa yang telah aku wajibkan untuknya.
A. Menjadi wali dengan bertaqorrub Artinya ; berusaha mendekat. Bisa saja diartikan ibadah. Namun, tidak semua taqorrub itu ibadah. Karena ibadah lebih terkait fiqih. Dan fiqih lebih terhubung pada hal hal konkrit, sehingga bisa dinilai status hitam putihnya. Sedangkan cakupan taqorrub lebih luas. Karena jangkauannya tidak saja apa yang dilakukan, tetapi terkait juga dengan apa yang dirasakan. Contohnya, dzikir bisa dilisan dan hati atau hanya dihati saja. B. Piranti taqorrubh Ada sekelebat pelajaran yang berujung pada kesimpulan, bahwa ; untuk menjadi seorang kekasih tentu tidak berhenti pada hal hal wajib saja yang dikerjakan. Ibarat rumah, hal wajib itu pondasinya, jadi tidak terlihat, tapi tidak bisa tidak, harus ada. Untuk itu kita ada anjuran untuk meneruskan pondasi, menyesuaikan sesuai proporsi fungsi, dan mempercantik seisi ruang. Sehingga saat sang kekasih tiba, tentu akan datang dengan senyum ceria yang membahagiakan. C. Sesuatu yang lebih dicinta Hal menandakan bahwa cinta itu indah berlapis lapis. Ibarat jamuan prasmanan yang hidangannya banyak jenis dan macamnya serta lezat semua, tentu ada yang paling menarik dan disuka. Untuk itulah, setiap pecinta dituntut untuk cerdik dan bijak serta siap sedia sesuatu yang paling disuka.
(3) Dan tiada berhenti hambaKu ber taqorrub kepadaku dengan "nawafil", sampai aku benar benar mencintainya.
Sajian prasman untuk mendapatkan cinta ilahi, bisa berupa apa saja, bila itu adalah implementasi dari perkara taqorrub. Hal yang mustinya diprioritaskan tentu melihat pula kemampuan dan keahlian masing masing. Tidak semua yang disuka, merupakan keahliannya. Dan tidak semua kemampuan yang dimiliki orang lain juga merupakan keahliannya. Namun dari kesemua itu, Alloh memberikan opsi terbaik, dan secara umum adalah yang paling mudah, serta gratis, dan juga yang paling utama adalah karna itu hal paling disuka Alloh ta'ala, yaitu nawafil. A. HambaKu yang wali tiada berhenti Ada makna istiqomah atau kontinyu dalam melakukan tindakan. Ibarat sedang makan, tentu kenikmatan rasa akan berkurang drastis saat terputus karena ada kegiatan lain. Atau ibarat tidur yang terus menerus bangun terjaga karena suara berisik, tentu tidak lagi kata istirahat yang didapat, tapi malah capek dan penat. B. Nawafil Merupakan kata plural dari nafilah, atau hal tindakan sunnat dari berbagai jenis dan macam ibadah. Namun konotasinya mengarah kepada sholat. Bila nawafil terhubung sebelum dan sesudah sholat fardhu, namanya rowatib. Bila sering sekali dikerjakan Rasululloh, dikata sunnah, seperti tahajjud, dhuha, dll. Bila tidak sering dilakukan dan atau terkait kepentingan sementara, maka disebut mustahabbah. Bila tidak terkait dengan batasan waktu, tempat dan kepentingannya hanya mencari hal lebih dari Alloh, dinamakan tathowwu'. C. Namun, kenapa nawafil? Semua tahu, manusia dicipta untuk ibadah. Dan puncak segala ibadah dikonkritkan dalam sholat, sebagai sarana untuk mi'roj (naik) nya seorang mukmin menghadap tuhannya. Andaikata kemulian sesuatu tergantung ketinggian tujuannya, maka sholat tentu contoh utamanya. Dan apapun yang menjadi pelengkap sholat, juga menjadi pelengkap yg utama pula. Apalagi bila dikata bahwa sholat fardhu adalah tugas wajib, maka nawafil adalah hal yang sangat disuka Alloh, karna seperti symbol melakukan ketaatan lebih dari batas minimal. Semakin banyak, berat, dan kontinyu, tentu semakin membuat ceria senyum kekasihnya. Ibarat kerja lembur tanpa meminta bayaran lebih, tentu bos juragannya akan sangat senang. Dan bisa dibayangkan bila sang bos sudah menyukai karyawannya. Apappun dan bahkan sebelum mintapun akan memberi dengan mudah tidak bertele tele.
(4) Dimana Aku akan jadi menjadi pendengaran dari apa yang ia dengarkan. Aku akan menjadi penglihatan dari apa yang ia lihat. Aku akan menjadi tangan dari apa yang ia pegang dengan keras. Aku akan menjadi kaki saat ia berjalan.
A. Ciri wali : internal Telinganya adalah telinga Alloh. Matanya adalah mata Alloh. Tangannya adalah tangan Alloh. Kakinya adalah kaki Alloh. Tentu ini salah satu maksud dari ayat ;
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Benar benar kami ciptakan manusia. Dan kita tahu apa yang di desas-desuskan dirinya. Kami lebih dekat dari urat lehernya sendiri. [Surat Qaf : 16]
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Jangan Memusuhi Kekasih Alloh (01)
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.