Beberapa tamsil dikemukakan agar lebih mudah mencerna pelajaran yang seharusnya punya muatan tinggi. Berikut ini sebagian contoh dan insya Alloh akan di update pada kesempatan yang akan datang.
Al-Habib Luthfi bin Ali bin Yahya :
Ta’alluq ala Ikhtiyar.
Kita salat berjamaah, kita berjalan menuju masjid. Berjalan menuju masjid adalah ikhtiar.
Betul ikhtiar wajib. Tapi ikhtiar bukan satu upaya untuk memfonis pasti berhasil. Karena ikhtiar bukan Tuhan. Sejatinya ikhtiar untuk menambah ketaatan kita pada Allah, menambah ibadah kita pada Allah. Itulah ikhtiar. Kalau tidak ikhtiar darimana punya uang, mau makan dari mana kalau tidak ikhtiar, tidak boleh kita berkata dan berkeyakinan seperti itu.
(Begitu juga) Masalah rizki itu urusan Allah Swt., mau didatangkan melalui ikhtiar atau tidak yang penting kita melakukan ikhtiar, karena diperintahkan oleh Allah Swt. Jangan punya keyakinan; kalau tidak ikhtiar akan mati, karena ikhtiar bukan Tuhan. Mau diberi atau tidak, itu urusan Allah. Ikhtiar hakikatnya adalah untuk menambah ibadah. Inilah diantaranya yang kita maksud; harus membersihkan hati dari keterkaitan-keterkaitan pada selain Allah Swt.
Maqom Sahabat Nabi.
Seperti garam yang tidak seberapa asin tapi menyebar dan menyatu di lautan luas.
Itulah maqomah (kedudukan) ilmu sahabat Nabi, yang meski sedikit namun bisa menjadi luar biasa luas. Makanya sebodoh-bodoh-nya Sahabat tetap alim, sebodoh-bodohnya sahabat adalah seorang ‘Arif. Se-agung dan setinggi-tinggi-nya pangkat wali pada umat ini tidak dapat mengalahkan keutamaan sahabat yang sangat bodoh. Sahabat itu demikian adanya dan diberi futuh yang sangat besar oleh Allah Swt.
Nabi Ummi.
Contohnya seperti ketika pakaian kita sobek, maka kita akan berpikir bahwa yang baik adalah di jahit, sedangkan jika bolong maka baiknya ditambal. Padahal pakaian kita tidak pernah berkata (dengan huruf-huruf tentunya) bahwa jia ia sobek maka tambal lah, dan jika ia bolong maka tambal lah. Hal ini membuktikan huruf tidak punya peran dalam hal ini.
Inilah kenapa Rasulullah Saw. tidak bisa baca tulis. Memang benar, namun bukan karena saking bodohnya Beliau, bahkan bisa dibilang ; Beliau tidak membutuhkan huruf, dan justru huruf lah yang membutuhkan Beliau. Sebab ilmu orang yang masih membutuhkan huruf adalah terbatas, karena masih banyak hal-hal di dunia ini yang tidak terjangkau dengan huruf.
Wama utitum minal ilmi illa qolila’.
Analoginya sederhana saja, laut jika di teliti, akan melahirkan ilmu kelautan hingga ratusan doktor-doktor ilmu kelautan. Ilmu tentang kelautan tersebut tidak akan pernah habis, terus menerus.
Adapun Nabi Saw. adalah seseorang yang langsung mendapatkan kalimatullah, sehingga berpengatahuan sangat luas. Kita jangan mengecilkan ilmu yang diberikan Allah Swt pada kita karena satu ayat yang berbunyi; wama utitum minal ilmi illa qolila’, tidaklah aku memberikan ilmu (pengetahuan) kepada kalian kecuali hanya sedikit saja. Sebab ‘sedikit’ (qolil) itu dari sudut pandang ilmu Allah, adapun bagi makhluk-Nya; manusia, jin dan yang lainnya, ilmu yang sedikit yang telah Allah berikan itu tidak terbatas.
Daya ma’rifat.
Kalau seseorang punya bekal paling tinggi 3 baterai, maka kemampuan jarak sinarnya tidak akan lebih dari tiga baterai, tapi kalau yang mempunyai 10 baterai itu sinarnya sampai ke mana-mana, lebih jauh dari yang hanya tiga baterai. Seperti soklay yang jangkauannya jauh sekali. Seperti hanya sinar lampu yang dipantulkan oleh sebuah lampu yang batrainya kuat mampu melampui jarak yang jauh, demikian pula seorang mufasir, (penafsir al Qur’an) yang ma’rifatnya kuat tidak hanya mampu menafsirkan yang ada didepan saja tapi juga yang jauh bisa mereka jangkau.
Al-Habib Luthfi bin Ali bin Yahya :
Ta’alluq ala Ikhtiyar.
Kita salat berjamaah, kita berjalan menuju masjid. Berjalan menuju masjid adalah ikhtiar.
Betul ikhtiar wajib. Tapi ikhtiar bukan satu upaya untuk memfonis pasti berhasil. Karena ikhtiar bukan Tuhan. Sejatinya ikhtiar untuk menambah ketaatan kita pada Allah, menambah ibadah kita pada Allah. Itulah ikhtiar. Kalau tidak ikhtiar darimana punya uang, mau makan dari mana kalau tidak ikhtiar, tidak boleh kita berkata dan berkeyakinan seperti itu.
(Begitu juga) Masalah rizki itu urusan Allah Swt., mau didatangkan melalui ikhtiar atau tidak yang penting kita melakukan ikhtiar, karena diperintahkan oleh Allah Swt. Jangan punya keyakinan; kalau tidak ikhtiar akan mati, karena ikhtiar bukan Tuhan. Mau diberi atau tidak, itu urusan Allah. Ikhtiar hakikatnya adalah untuk menambah ibadah. Inilah diantaranya yang kita maksud; harus membersihkan hati dari keterkaitan-keterkaitan pada selain Allah Swt.
Maqom Sahabat Nabi.
Seperti garam yang tidak seberapa asin tapi menyebar dan menyatu di lautan luas.
Itulah maqomah (kedudukan) ilmu sahabat Nabi, yang meski sedikit namun bisa menjadi luar biasa luas. Makanya sebodoh-bodoh-nya Sahabat tetap alim, sebodoh-bodohnya sahabat adalah seorang ‘Arif. Se-agung dan setinggi-tinggi-nya pangkat wali pada umat ini tidak dapat mengalahkan keutamaan sahabat yang sangat bodoh. Sahabat itu demikian adanya dan diberi futuh yang sangat besar oleh Allah Swt.
Nabi Ummi.
Contohnya seperti ketika pakaian kita sobek, maka kita akan berpikir bahwa yang baik adalah di jahit, sedangkan jika bolong maka baiknya ditambal. Padahal pakaian kita tidak pernah berkata (dengan huruf-huruf tentunya) bahwa jia ia sobek maka tambal lah, dan jika ia bolong maka tambal lah. Hal ini membuktikan huruf tidak punya peran dalam hal ini.
Inilah kenapa Rasulullah Saw. tidak bisa baca tulis. Memang benar, namun bukan karena saking bodohnya Beliau, bahkan bisa dibilang ; Beliau tidak membutuhkan huruf, dan justru huruf lah yang membutuhkan Beliau. Sebab ilmu orang yang masih membutuhkan huruf adalah terbatas, karena masih banyak hal-hal di dunia ini yang tidak terjangkau dengan huruf.
Wama utitum minal ilmi illa qolila’.
Analoginya sederhana saja, laut jika di teliti, akan melahirkan ilmu kelautan hingga ratusan doktor-doktor ilmu kelautan. Ilmu tentang kelautan tersebut tidak akan pernah habis, terus menerus.
Adapun Nabi Saw. adalah seseorang yang langsung mendapatkan kalimatullah, sehingga berpengatahuan sangat luas. Kita jangan mengecilkan ilmu yang diberikan Allah Swt pada kita karena satu ayat yang berbunyi; wama utitum minal ilmi illa qolila’, tidaklah aku memberikan ilmu (pengetahuan) kepada kalian kecuali hanya sedikit saja. Sebab ‘sedikit’ (qolil) itu dari sudut pandang ilmu Allah, adapun bagi makhluk-Nya; manusia, jin dan yang lainnya, ilmu yang sedikit yang telah Allah berikan itu tidak terbatas.
Daya ma’rifat.
Kalau seseorang punya bekal paling tinggi 3 baterai, maka kemampuan jarak sinarnya tidak akan lebih dari tiga baterai, tapi kalau yang mempunyai 10 baterai itu sinarnya sampai ke mana-mana, lebih jauh dari yang hanya tiga baterai. Seperti soklay yang jangkauannya jauh sekali. Seperti hanya sinar lampu yang dipantulkan oleh sebuah lampu yang batrainya kuat mampu melampui jarak yang jauh, demikian pula seorang mufasir, (penafsir al Qur’an) yang ma’rifatnya kuat tidak hanya mampu menafsirkan yang ada didepan saja tapi juga yang jauh bisa mereka jangkau.
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Tamsil Pelajaran (2)
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.