Yan Nabi: Ulang Tahun Nabi 3 : Maqom Kekasih

D ari sini tergambar bagaimana puisi ini disampaikan. Bahwa ada kesengajaan yang ingin dicapai sesuai jenjang yang akan diserap dari Beliau Baginda Nabi. Baik itu dimulai dari Beliau, Muhammad bin Abdulloh selaku Nabi, rasul, kemudian sebagai kekasih Alloh.

Pangkat kenabian
merupakan simbol bagaimana seseorang dipuncak potensi dan kualitas tinggi dihadapan Tuhannya. Untuk itu pulalah, kenapa ayatnya adalah

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

Sungguh Alloh dan malaikatNya bersholawat untuk Nabi, Wahai orang-orang beriman mohonkan sholawat untuknya disertai salam sebenarnya

Sholawat disampaikan kepada Nabi, bukan kepada rasul atau habib (kekasih), serta ditujukan kepada orang mu’min. Seolah pesan yang ingin disampaikan adalah : sungguh Alloh memberi anugerah sholawat kepada Nabi, malaikat pun ikut serta. Untuk itu wahai orang-orang yang sudah punya modal iman, terutama iman kepada Alloh dan malaikat, tingkatkan keimanan anda kepada Nabi, dengan memohon sholawat kepada Alloh untuk Nabi. Karena dengan perantara wasilah sekali sholawat kepada Nabi itu, anda mendapat sepuluh sholawat dari Alloh. Sesuai sabda Nabi :

من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا

Siapa bersholawat untukku sekali,
maka Alloh memberikan sholawat untukknya 10

Sabda Nabi ini seolah ingin menyampaikan, “wahai umatku, tiada nabi setelahku, untuk itu seraplah kenabian ku ini dengan cara memohon kepada Alloh hadiah sholawat, niscaya anda mendapat bagian berlipat dari do’a anda”.

Pangkat kerasulan

pantas didapat setelah modal berlebih dari kenabian. Suatu pangkat di sisi Alloh, sebagai simbol bagaimana seseorang layak dan pantas untuk berdiri dihadapan ummat, menyampaikan surat Tuhan. Hal yang bisa dirasakan ummatnya terhadap risalah Baginda Muhammad bin Abdullah adalah rahmat beliau yang menembus batas seluruh alam semesta.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Tiada kami memberi jabatan rasul kepada anda kecuali sebagai rahmat seluruh alam

Selanjutnya boleh dikata seseorang pantas menjadi ummatnya bila memenuhi apa yang disampaikan ayat-ayat semisal :

يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرّسُولَ وَأُوْلِي الأمْرِ مِنْكُمْ
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرّسُولِ
إِن كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ
ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada ulil Amri (pemegang otoritas) dari kalangan anda. Kemudian jika anda sekalian berbantah-bantah (berselisih) dalam sesuatu, maka hendaklah mengembalikannya kepada Allah RasulNya – jika anda semua benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Hal demikian adalah hal lebih dipilih, dan lebih elok untuk diprioritaskan.

Benar, hal yang dituntut saat menghadap Sang Nabi adalah dengan mengambil potensi (tabarruk) kenabiannya. Salah satu caranya yaitu dengan bersholawat untuknya. Sedangkan saat seseorang menghadap Sang Rasul adalah dengan ketaatan sepenuhnya, baik dalam menjalankan perintah atau menghindari larangan.

Lalu bagaimana bila seseorang menghadapi Sang Kekasih ?

Seolah bisa dikatakan, membenarkan kenabian Baginda Muhammad adalah representasi pengakuan keteguhan iman, dan menjalankan ketaatan kepada kerasulan Beliau adalah kristalisasi keindahan islam seseorang. Sedangkan perhatian sepasang kekasih, tak lepas dari ihsan berwujud cinta.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sampaikanlah (wahai Nabi) :
Bila anda semua mencintai Allah, ittiba’ lah ikutilah aku,
niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa anda semua.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Bila iman dan islam menyatu, maka hal yang muncul adalah ihsan. Salah satu ciri paling menonjol saat ihsan bernuansa cinta adalah ittiba’ (ikut). Kemana sang Kekasih pergi, melakukan apa saja, meninggalkan apa saja, pasti akan diikutinya, bahkan dengan suka rela dan berkorban, tanpa perlu ada perintah atau larangan sekalipun. Bila kekasihnya sholat dengan tenang, senang, dan hanya kepada Alloh selalu terkenang, maka dia akan sholat pula demikian adanya, dan akan selalu berusaha mencapainya meski bersusah payah. Tak ada kata mengeluh apalagi terpaksa, sampai mendapat cinta yang berbalas.

Salam untuk mu wahai Sang Nabi,
Salam untuk mu wahai Sang rasul,
Salam untuk mu wahai Sang Kekasih,
Sholawat Alloh tercurah untuk mu

Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :