S
uatu ketika Sahabat Ubay bin Ka'ab menghadap Baginda Rasulillah lalu bertanya :
Wahai Rasululloh..Aku banyak bersholawat untuk anda,
sebaiknya berapa kali aku harus bersholawat untuk anda ?
Rasululloh menjawab : Terserah anda.
Ubay bin Ka'ab : bagaimana kalau seperempat ?
Rasululloh menjawab : Terserah anda. Jika anda tambahi tentu lebih baik.
Ubay bin Ka'ab : bagaimana kalau setengah?
Rasululloh menjawab : Terserah anda. Andai anda lebihkan jadi lebih baik.
Ubay bin Ka'ab : Bagaimana kalau dua pertiga?
Rasululloh menjawab : Terserah anda. Jika anda tambahkan lagi pasti lebih baik.
Ubay bin Ka'ab : bagaimana kalau sholawatku untuk anda semuanya?
Rasululloh menjawab : Kalau anda lakukan itu, segala masalah anda akan beres
dan dosa anda akan terampuni.
(HR. Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim, At-Thabrani)
---------------------------
Banyak hal bisa dipetik dari pelajaran diatas, diantaranya ;
- malu bertanya sesat di jalan.
- semakin banyak amal kebaikan semakin banyak kebaikan yang diterima.
- hadits diatas termasuk keutamaan sholawat
- apakah bersholawat lebih baik dari pada ibadah lain, misalnya sholat, baca qur_an dll?
Jawabnya, baik tidaknya amal kadang tergantung dari "orang"nya.
Jika orang ini dapat tersentuh hatinya dengan membaca Al-Qur_an,
maka jalan ini adalah yang terbaik untuknya.
Begitu juga dengan sholat, sholawat, shodaqoh dll.
(jika mereka bersungguh2 untuk mendekati kami (Alloh) maka akan kami tunjukkan jalan2 kami).
Walhasil, jalan ibadah setiap orang berbeda-beda.
Seperempat, setengah, dua pertiga, semuanya...
Sahabat ini seperti orang kehilangan akal.
Bagaimana tidak ? lumrahnya manusia akan lebih mementingkan dirinya..
masa seluruh do'a diberikan kepada orang lain ?
tidak ada sisa sedikitpun untuk diri dan keluarganya?
Walhasil, apakah ini sebuah indikasi cinta kepada Rasululloh?
Seperempat, setengah, dua pertiga, semuanya...
Artinya Rasululloh tidak membatasi jumlah dzikir.
Mungkin karena takut merepotkan ummatnya,
atau karena jumlah terbaik adalah menurut kemampuan
dan
atau kebutuhan masing-masing individu.
Terkadang banyak ulama' berijtihad dengan menggunakan simbol2,
semisal ;
Tiga adalah simbol jumlah banyak (3, 33, 73,113,313)
Tujuh adalah simbol banyak sekali (7,27,70,73,700)
Bilangan nol (10, 40, 100, 100) adalah simbol kesempurnaan.
(contoh : Islam tercerai berai hingga 73 golongan dan hanya satu yang selamat,
artinya ; banyak sekali, tetapi ada beberapa yang mendekati,
namun hanya satu yang oke !.
(contoh : manusia mati amalnya ikut mati kecuali 3 hal.
Artinya, tidak banyak sekali hanya ada beberapa saja yang dikecualikan
dan tidak harus tiga.
Dan masih banyak simbol-simbol yang mereka gunakan
untuk menentukan jumlah bilangan dzikir,
sesuai ilham, isyaroh atau firosat yang diterima.
Perlu apa dibatasi ?
أحب الأعمال إلى الله أدومها وإن قل
(prilaku terbaik menuju Alloh adalah hal yang kontinyu meski sedikit)
Hal yang kontinyu tentu menuntut hitungan tepat dan terjadwal.
Seperti halnya bekerja sehari kontinyu 8 jam, tidur 5 jam dst..
Begitu juga semisal, jika setelah sholat berdzikir banyak dan lama..
apakah waktu dan jumlahnya sama dengan esok atau lusa ?
Betul jika dibilang ; yang penting kontinyu dalam berdzikir.
Namun apakah salah jika ingin kontinyu dalam jumlah dan waktunya sekalian ?
Walhasil ; jumlah, waktu dan tempat berdzikir banyak merupakan hasil ijtihad.
Beliau2 pun tidak kemudian bilang harus begitu dan segitu.
Kecuali faktor lain, semisal hubungan guru dan murid,
dimana guru adalah segalanya bagi si murid.
Sama seperti halnya antara dokter dengan pasiennya.
Wallohu a'lam.
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Berapa kali bersholawat ?
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.