Ada pertanyaan aneh tentang salam kepada Rasululloh ketika duduk tasyahhud dalam sholat. Kepada siapakah kita menghadap ketika sholat ?
Sesuai bacaan tasyahhud versi Shohabat Ibnu Abbas :
Attahiyyatul mubaarakatus shalawatut thayyibaatu lillah, assalaamu alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh, assalamu alaina wa ala ibadillahis shaalihin, asyhadu an Laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.
(segala hormat, barokah, sholawat, hal bagus hanya lah untuk/kepada Alloh. Salam kepada 'mu' wahai Nabi serta rahmat Alloh dan barokahNya. Salam untuk kita semua dan hamba-hamba Alloh yang sholeh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Alloh).
Dari bacaan tadi terlihat bahwa hanya kepada Nabi redaksinya berubah menjadi kata ganti kedua ; engkau. Seharusnya jika memang sholat menghadap Alloh, tentu redaksinya adalah 'segala hormat kepada Engkau Ya Alloh' dan salam bagi nya Sang Nabi. Jadi apakah diawal saja sholat itu menghadap Alloh, lalu di saat akhir dia menghadap Nabi? Apakah yang begini tidak dinamakan musyrik alias menyekutukan Alloh ?
Wow ... sedikit-sedikit bilang kafir, bid'ah, syirik... jangan dulu lah.. Tentunya teman bicara akan tersinggung dan secara otomatis dalam hati akan timbul reaksi menolak dan membandel, sehingga nasehat yang baik dan petuah yang adem akan sulit untuk masuk dan diterima dengan lapang dada.
Kata 'salam kepadamu wahai Nabi' begitu pentingnya hingga sholat tidakkan sah bila kata-kata ini tidak terucap. Hal seperti ini terjadi, tentu menyangkut pentingnya keberadaan Sang Nabi untuk ummatnya, terutama ketika sholat. Sungguh tak terbayangkan, bagaimana kita bisa dan mampu berterima kasih kepada Beliau.
Berawal dari pokok ujungnya, pengamalan agama ini terbagi menjadi tiga hal.
Pertama, Islam ; atau pengamalan terhadap 5 rukun (syahadat, sholat, puasa, zakat, haji) sebagai contoh pengamalan dasar / pokok dari berbagai ibadah.
Kedua, Iman ; atau gerak hati mantap yang berkeyakinan pada 6 rukun (kepada Alloh, malaikat, kitab, para nabi, taqdir, hari qiyamat) pokok dari berbagai keyakinan yang terukir dalam hati.
Ketiga, Ihsan ; bunga atau buah dari Islam dan Iman yang berbaur menjadi satu dan bersinergi, yang selanjutnya menghasilkan kekuatan pandang atau sisi pandang yang tertuju kepada Sang Kholiq.
Pengamalan Islam dan Iman setiap orang pasti berbeda-beda. Oleh karena itu, bunga yang sedap di pandang atau buah yang manis dirasa - nya pun diterima dengan berbeda pula. Jadi pantas saja bila definisi ihsan dibagi dua.
pertama ; an ta'budalloh ka annaka taroohu ; saat mengabdi kepada Alloh seolah kamu melihat Nya
kedua ; fa in lam takun taroohu, fa innahu yarooka ; jika kamu tak melihat Nya, maka Dia yang melihatmu.
Kata 'seolah' mengindikasikan bahwa tak seorang pun mampu melihat Nya. Seperti saat Nabi Musa minta bisa melihat Alloh, maka dijawab ; Lan tarooni, kamu takkan bisa melihatku. Tapi ada satu pengecualian bahwa yang mampu atau 'diperkenankan' melihat Nya hanyalah Nabi Muhammad 'alaihis sholatu was salam saat isro' mi'roj. Apapun dan bagaimanapun, langsung atau tidak langsung, jauh ataupun dekat, hanya Beliau lah yang yang bisa dan mampu melihat Alloh atau yang paling dekat dekat arti melihat Alloh.
Dari sini pula lah salah satu hikmah, kenapa saat tasyahhud kita haturkan salam untuk Beliau. Dimana saat takbir memasuki sholat, seorang mu'min mi'roj (naik) menghadap Alloh.. pasang surut rasa khusyu' terus berjalan... berusaha untuk melihat Nya... hingga saat-saat akhir, perlu langkah tanggap untuk memakai suatu piranti (wasilah), supaya bisa melihat, memperjelas atau bahkan menikmati Nya ... tanpa perlu mengalihkan pandangan ke arah lain.. serta merta terucap...
Jika seorang sholat belum bisa melihat Nya, maka dengan 'meminjam' penglihatan Nabi yang 'pengalaman', selanjutnya mungkin saja bisa melihat, menjadi lebih jelas, atau sampai pada tingkat menikmati 'ka annaka taroohu'.
Jadi jelas, hal ini bukanlah syirik, tetapi wasilah yang merupakan solusi tepat dan cepat untuk melakukan mi'roj berhadapan dengan Alloh. Tepat karena memang Beliau adalah satu-satunya dalam hal ini. Dan cepat karena Beliau Nabi yang bertanggung jawab (syahid) untuk kita, terutama karena Beliau adalah makhluq yang paling dekat sebagai Kekasih Alloh. Wallohu A'lam.
Sesuai bacaan tasyahhud versi Shohabat Ibnu Abbas :
Attahiyyatul mubaarakatus shalawatut thayyibaatu lillah, assalaamu alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh, assalamu alaina wa ala ibadillahis shaalihin, asyhadu an Laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.
(segala hormat, barokah, sholawat, hal bagus hanya lah untuk/kepada Alloh. Salam kepada 'mu' wahai Nabi serta rahmat Alloh dan barokahNya. Salam untuk kita semua dan hamba-hamba Alloh yang sholeh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Alloh).
Dari bacaan tadi terlihat bahwa hanya kepada Nabi redaksinya berubah menjadi kata ganti kedua ; engkau. Seharusnya jika memang sholat menghadap Alloh, tentu redaksinya adalah 'segala hormat kepada Engkau Ya Alloh' dan salam bagi nya Sang Nabi. Jadi apakah diawal saja sholat itu menghadap Alloh, lalu di saat akhir dia menghadap Nabi? Apakah yang begini tidak dinamakan musyrik alias menyekutukan Alloh ?
Wow ... sedikit-sedikit bilang kafir, bid'ah, syirik... jangan dulu lah.. Tentunya teman bicara akan tersinggung dan secara otomatis dalam hati akan timbul reaksi menolak dan membandel, sehingga nasehat yang baik dan petuah yang adem akan sulit untuk masuk dan diterima dengan lapang dada.
Kata 'salam kepadamu wahai Nabi' begitu pentingnya hingga sholat tidakkan sah bila kata-kata ini tidak terucap. Hal seperti ini terjadi, tentu menyangkut pentingnya keberadaan Sang Nabi untuk ummatnya, terutama ketika sholat. Sungguh tak terbayangkan, bagaimana kita bisa dan mampu berterima kasih kepada Beliau.
Berawal dari pokok ujungnya, pengamalan agama ini terbagi menjadi tiga hal.
Pertama, Islam ; atau pengamalan terhadap 5 rukun (syahadat, sholat, puasa, zakat, haji) sebagai contoh pengamalan dasar / pokok dari berbagai ibadah.
Kedua, Iman ; atau gerak hati mantap yang berkeyakinan pada 6 rukun (kepada Alloh, malaikat, kitab, para nabi, taqdir, hari qiyamat) pokok dari berbagai keyakinan yang terukir dalam hati.
Ketiga, Ihsan ; bunga atau buah dari Islam dan Iman yang berbaur menjadi satu dan bersinergi, yang selanjutnya menghasilkan kekuatan pandang atau sisi pandang yang tertuju kepada Sang Kholiq.
Pengamalan Islam dan Iman setiap orang pasti berbeda-beda. Oleh karena itu, bunga yang sedap di pandang atau buah yang manis dirasa - nya pun diterima dengan berbeda pula. Jadi pantas saja bila definisi ihsan dibagi dua.
pertama ; an ta'budalloh ka annaka taroohu ; saat mengabdi kepada Alloh seolah kamu melihat Nya
kedua ; fa in lam takun taroohu, fa innahu yarooka ; jika kamu tak melihat Nya, maka Dia yang melihatmu.
Kata 'seolah' mengindikasikan bahwa tak seorang pun mampu melihat Nya. Seperti saat Nabi Musa minta bisa melihat Alloh, maka dijawab ; Lan tarooni, kamu takkan bisa melihatku. Tapi ada satu pengecualian bahwa yang mampu atau 'diperkenankan' melihat Nya hanyalah Nabi Muhammad 'alaihis sholatu was salam saat isro' mi'roj. Apapun dan bagaimanapun, langsung atau tidak langsung, jauh ataupun dekat, hanya Beliau lah yang yang bisa dan mampu melihat Alloh atau yang paling dekat dekat arti melihat Alloh.
Dari sini pula lah salah satu hikmah, kenapa saat tasyahhud kita haturkan salam untuk Beliau. Dimana saat takbir memasuki sholat, seorang mu'min mi'roj (naik) menghadap Alloh.. pasang surut rasa khusyu' terus berjalan... berusaha untuk melihat Nya... hingga saat-saat akhir, perlu langkah tanggap untuk memakai suatu piranti (wasilah), supaya bisa melihat, memperjelas atau bahkan menikmati Nya ... tanpa perlu mengalihkan pandangan ke arah lain.. serta merta terucap...
" assalaamu alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh "
Jika seorang sholat belum bisa melihat Nya, maka dengan 'meminjam' penglihatan Nabi yang 'pengalaman', selanjutnya mungkin saja bisa melihat, menjadi lebih jelas, atau sampai pada tingkat menikmati 'ka annaka taroohu'.
Jadi jelas, hal ini bukanlah syirik, tetapi wasilah yang merupakan solusi tepat dan cepat untuk melakukan mi'roj berhadapan dengan Alloh. Tepat karena memang Beliau adalah satu-satunya dalam hal ini. Dan cepat karena Beliau Nabi yang bertanggung jawab (syahid) untuk kita, terutama karena Beliau adalah makhluq yang paling dekat sebagai Kekasih Alloh. Wallohu A'lam.
Suka artikel diatas ?, Silahkan Klik :
POSTING : Sholat Itu Menghadap Siapa?
SHARE : Bagikan untuk teman anda. Semoga bermanfaat dan terima kasih.